PURNA – karya Dewi Cheisya
Masa kita telah lalu,,,
Sehelai daun jatuh dari ranting yang enggan ditinggalkan
Angin dan hujan merampasnya jatuh di tanah berdebu
Ingatkah kalian kala itu?
Di bawah rintik hujan ada canda yang seakan candu
Namun,kali ini hujan seakan menjadi penutup lara nan pedih
Masa demi masa menghilangkan waktu kita bersama,
Dalam lautan mimpi yang telah kita lalui
Tetap kutekankan dalam benakku!
Kita yang telah lalu bersama tak boleh jadi asing
Beribu keringat dan kenangan yang masih diangan-angan
Kan ku lukis kisah kita dengan tinta hitam bertulis, PURNA
ESOK KITA AKAN BUAT YUANG LEBIH LAGI – karya Luyzha Dita
Daun yang jatuh akan membenci angin
Menyelinap pada akar-akar di malam hari
Menghujani pada sekelebat taman ini
Mengintip bebatangan yang membuatnya luruh diterpa sarayu
Langkahmu disudahi dengan sumpah-sumpah yang termaktub di lembar-lembar buku itu
Menghujani mimpi-mimpi yang tertanam pada bunga-bunga di pekarangan itu
Mundur bukan berarti gugur
Berdebu dan jatuh,
Tuan nan puan akan segera sembuh
Daun yang jatuh akan membenci angin
Tidak, ia hanya berusaha tegar
Dihujani, diterpa, ditumpu, diinjak, didamba
Menepi pada jalan-jalan berair
Tersenyum pada pelangi
Ia pun temukan cakrawala
Di jalanan yang berbeda
Daun yang jatuh tidak akan membenci angin
Ia berterimakasih, memeluk, nan berkata,
“Sekarang adalah sudah, esok kita buat kerja yang lebih nyata.”
PERPISAHAN – karya Eka Pascia
Angin berhembus dengan kencangnya
Membuat dedaunan kering berguguran
Mereka meninggalkan ranting juga yang lain
Meninggalkan jejak keberadaan mereka
Hari ini mereka bersedih
Perjuangannya
Kisahnya
Seakan menjadi kenangan tersendiri bagi mereka
Ingatkah hari itu
Kita berjuang bersama
Untuk tujuan yang sama
Akankah hari itu kembali?
Kita akan berjalan sendiri
Membuka lembaran yang baru
Tetapi satu yang kutau
Kita akan bertemu lagi dilain waktu
HARAPAN SANG ANGIN – karya Adelia Berlian Desinta P.
Daun….
Seiring berjalannya waktu engkau memudarkan warnamu
Engkau yang dulunya berwarna hijau dengan indahnya harus berganti warna termakan oleh waktu
Dan saat musim gugur tiba yang mengharuskan engkau berpisah dengan Sang pohon pujaan
Andai aku menjadi angin yang dapat menerbangkanmu bersama dengan pohon terkasih
Tapi aku hanyalah hembusan angin yang tak berdaya yang hanya bisa menerbangkan dan tidak akan bisa membuatmu hidup dan menyatu utuh seperti semula
Satu hal yang perlu diingat bahwa kami tidak akan melupakan jasa dan pengorbananmu selama ini seperti Sang pohon yang tak akan melupakan jasa daunnya
GUGURPUN TAKKAN HILANG – karya Berlyana Dwi Annisa F.
Yang diharap berakhir nyata
Menjadi satu dalam kehangatan
Ditengah Riuh nya persoalan
Rimbunnya daun akan gugur seiring waktu
Namun tak lekang oleh kita yang tetap satu
Gugurpun takkan hilang
Semuanya akan tetap terkenang
Bersama, tumbuh dan berkembang
Berharap berpisah takkan ada makna
Karena akan ada waktu yang selalu jadi jawabannya
Untuk kita selalu bersama
TELAH USAI – karya Elsadhai Bela
Sekarang usai sudah tugas kalian. Terimakasih atas kerja sama yang baik, dan terimakasih telah mau memegang tanggung jawab yang besar. Kami salut karna kalian semua sudah menjalankan tugas dengan sepenuh hati.
Sekarang adalah giliran adik kalian untuk menjadi penerus OSIS yang baru.
Kalian bukan untuk digantikan, tetapi harus ada generasi penerus yang menjalankan tugas kalian. Maka simpan baik-baik kenangan yang sudah kalian dapat
JIWA SETIAP ANAK NEGERI – karya Akna Mafaid Ilmi
Seberkas cahaya dari sang Surya.
Yang memancarkan indah kepada sang semesta.
Namun, begitu susah untuk berjumpa.
Dan begitu singkat dirasakan.
Terpaan angin mengurai daun yang berguguran.
Hembusan cakrawala menyentuh kalbu.
Sore itu, kelabu warnanya
Hingga orang rela menunggunya.
Demi secercah cahaya yang begitu indah darinya.
Namun, kadang ia tak datang bersama sinarnya.
Mungkin semesta melarangnya
Seberkas cahaya mulai memudar dari peraduannya.
Tak terasa angin memberikan rasa.
Namun, apa daya
Semesta tak menghendakinya.
Tetesan air menyerbu bumi.
Memaksa awan menangis
singkat atau lamakah itu?
namun bagi kami, begitu lama pengabdianmu
dan teramat besar jasamu.
bak kapal kayu yang terombang ambing dilautan.
diterpa badai dan taufan sekalipun.
kapal itu tetap kokoh berjuang sampai ke tepian.
walau nantinya, ia hanya tinggal sebuah papan.
itu..itulah gambaran sifatmu.
yang tetap teguh, setia dan pantang menyerah sampai detik ini.
walau sejuta terpaan menghadang
dan walau balasan jasamu tak seperti yang kau harapkan.
Pengabdianmu bagai mentari
Yang terbit dan terbenam setiap hari
Menerangi bumi tiada henti
Seperti jasa mu yang menerangi jiwa setiap anak negeri
Tinggalkan Komentar